FokusFakta.com – Terhitung sejak 1 Januari 2024 lalu, total negara anggota BRICS telah mencapai 11 negara. BRICS sendiri awalnya merupakan akronim dari negara anggotanya, namun kini daftar negara yang sudah gabung BRICS bertambah panjang.
Sejatinya, BRICS adalah blok yang didirikan sebagai klub informal di tahun 2009 lalu untuk menantang tatanan dunia yang didominasi oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat sekutunya. Diprakarsai oleh Rusia, kelompok ini mengadakan pertemuan kepala negara setiap tahun dan masing-masing negara memiliki kesempatan satu tahun untuk memimpin blok ini.
Daftar Negara yang Sudah Gabung BRICS
Seperti yang disampaikan sebelumnya, BRICS pada awalnya adalah akronim dari negara-negara anggotanya. BRICS muncul setelah Afrika Selatan bergabung dengan Brasil, Rusia, India, dan China atau Tiongkok.
Pada pertengahan tahun lalu, tepatnya 22 – 24 Agustus 2023, negara-negara ini berkumpul dan melakukan pertemuan di Johannesburg, Afrika Selatan untuk membicarakan berbagai hal mulai dari ekonomi, politik, dan sikap BRICS pada forum internasional.
Sejak awal tahun 2024 ini, setidaknya terdapat enam negara baru yang secara resmi masuk dalam keanggotaan BRICS. Keenam negara tersebut adalah Arab Saudi, Iran, Ethiopia, Mesir, Argentina, dan Uni Emirat Arab.
Keenamnya adalah kandidat yang telah menunjukkan ketertarikannya bergabung dalam BRICS sejak beberapa waktu yang lalu bersama dengan puluhan negara lainnya. Lalu apakah Indonesia memiliki ketertarikan untuk turut bergabung dengan BRICS?
Mengacu pada catatan pejabat dari Afrika Selatan dalam pertemuan puncak tersebut, setidaknya sudah ada lebih dari 40 negara yang berminat untuk bergabung dan masuk ke blok BRICS ini. Secara resmi 22 diantaranya telah mengajukan permintaan pada BRICS untuk diterima.
Apakah Indonesia Termasuk Diantaranya?
Hingga saat ini, Indonesia masih terus mengkaji untung-rugi bergabung dengan BRICS. Calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto, pernah menyinggung akan membawa Indonesia masuk ke blok BRICS jika berhasil dalam pilpres ini.
Namun demikian langkahnya jelas akan memerlukan banyak kajian lebih dalam. Jika sebenarnya tidak membawa keuntungan dan manfaat yang masif bagi Indonesia secara nasional atau internasional, rasanya hal ini juga akan sia-sia.
Sebenarnya keuntungan yang dapat diperoleh adalah berupa akses pasar yang lebih besar dari yang sekarang dimiliki Indonesia.
Namun Indonesia juga harus sadar kerugian geopolitik karena Rusia berada di dalamnya. Hal ini disampaikan oleh salah seorang kepala ekonom Bank Mandiri di sebuah kesempatan beberapa waktu yang lalu.
Kontributor : I Made Rendika Ardian