JAKARTA, KOMPAS.com – Kemenangan pertama pebalap Gresini Racing, Fabio di Giannantonio, di MotoGP Qatar 2023 membuka mata para pegiat balapan bahwa bursa pebalap MotoGP harusnya dibuat seperti sepak bola.
Pada dunia sepak bola, tim yang berada di klasemen paling bawah akan terdegradasi ke liga di bawahnya. Sedangkan di MotoGP tidak, pebalap yang berada di posisi paling bawah belum tentu terdepak dari tim.
Baca juga: Video Motor Mini Terobos Kemacetan di Jalan Raya Puncak
Contohnya ialah di Giannantonio, musim depan dia dipastikan kehilangan kursi di Gresini Ducati. Sampai saat ini nasibnya belum jelas. Padahal secara klasemen dia bertengger di posisi ke-12 dengan 134 poin.
Secara kalkulasi poin di Giannantonio cukup bagus. Dari delapan pebalap yang memakai motor Ducati, ranking pebalap asal Italia itu berada di atas pebalap pabrikan Enea Bastianini di posisi ke-15.
Adapun saat ini tiga pebalap MotoGP dengan poin paling bawah ialah Pol Espargaro, Joan Mir, dan Raul Fernandez.
Frankie Carchedi, kepala kru Gresini mengatakan, sebetulnya MotoGP bisa membuat aturan seperti di sepak bola, yaitu pebalap terburuk bisa terlempar dari MotoGP dan digantikan pebalap terbaik dari Moto2.
“Saya cukup yakin dalam hal ini, dalam olahraga lain, seperti sepakbola, Anda akan mengalami degradasi jika Anda berada di bawah dan promosi jika Anda berada di puncak,” kata Carchedi dilansir dari Crash, Kamis, (23/11/2023).
Baca juga: Mulai Musim Hujan, Jangan Abaikan Kondisi Karet Wiper
“Saya ingin sesuatu seperti itu! Jika Anda berada di tiga besar Moto2,” katanya.
“Dia (di Giannantonio) berada di urutan ke-12 di MotoGP. Tampaknya tidak adil. Ada banyak politik. Anda hanya perlu melihat bagaimana perkembangannya saat ini dan dia pantas untuk bertahan,” katanya.
Selain soal degradasi pebalap, Sylvain Guintoli mantan pebalap kelas 250cc dan MotoGP, mengatakan, bursa transfer MotoGP lebih kaku dari olahraga yang lain.
“Saya berbicara dengan Davide Brivio (mantan Manager Suzuki Ecstar). Dia berbicara tentang bursa transfer pebalap, dan MotoGP memiliki jendela transfer yang terlambat tak seperti di sepak bola,” katanya.
“Anda memiliki jendela transfer yang terlambat di mana pasar dibuka,” ujar Guintoli.
Baca juga: Mulai Musim Hujan, Jangan Abaikan Kondisi Karet Wiper
“Saya pikir itu adalah ide yang sangat menarik. Terkadang kontrak ditandatangani setahun sebelumnya. Ini bisa menjadi sesuatu yang perlu dipikirkan di masa depan,” ujarnya.
Namun, hal tersebut sulit dilakukan di MotoGP. Sebab MotoGP memiliki jumlah motor yang terbatas, dan Di Giannantonio adalah korban dari keinginan Marquez untuk keluar dari Honda dan beralih ke Ducati pada 2024.
Di MotoGP pebalap biasanya menandatangani kontrak maksimal dua tahun, dalam kasus Di Giannantonio dia sudah berada di ujung kontrak sehingga mudah untuk “dibuang” oleh Gresini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.