JAKARTA, KOMPAS.com – Toyota menilai metode daur ulang baterai yang dikenal saat ini dengan cara membakar baterai dan menyusun ulang material yang tersisa belum optimal untuk mereduksi emisi karbon pada sektor hulu.
Oleh karena itu, perusahaan melalui unit usaha Toyota Chemical Engineering (TCE) berusaha menyempurnakan hal tersebut tanpa proses pembakaran.
Proses dimaksud digantikan dengan menyuling elektrolit (kandungan dalam baterai) agar tidak terlalu mudah terbakar, dan lebih aman untuk ditangani.
Baca juga: Kendaraan Tanpa Asuransi Picu Keributan Sesama Pengendara di Jalan
Dengannya, perusahaan dapat mengoyak baterai secara lebih menyeluruh, dan menghancurkan sel-selnya, membuatnya lebih mudah untuk dipilah-pilah, dan mendapatkan kembali material yang dibutuhkan.
Sisa-sisa baterai yang disebut “zat hitam” itu mengandung aluminium, besi, dan banyak logam langka.
Perusahaan mengklaim metode baru tersebut mengurangi emisi CO2 (karbon dioksida) yang terlibat dalam proses daur ulang baterai, dan meningkatkan tingkat pemulihannya.
“Tidak hanya akan berkontribusi pada netralitas karbon, tapi memungkinkan untuk menyortir dan memulihkan bahan yang tidak dapat kami peroleh dari pembakaran konvensional,” kata Anggota TCE Kenichiro Muramatsu, dilansir laman Toyota Times, Senin (12/1/2024).
“Ini adalah langkah menuju tercapainya ekonomi sirkular,” lanjut dia.
Baca juga: Marak Pencurian Baterai Motor Listrik, Driver Ojol Diminta Waspada
Saat ini TCE melakukan proses daur ulang tersebut pada mobil-mobil listrik Toyota seperti Prius generasi ke-3 dan bZ4X.
Perusahaan menyebut, peningkatan adopsi kendaraan listrik dalam beberapa tahun terakhir akan semakin meningkatkan kebutuhan akan logam langka untuk baterainya, seperti kobalt atau lithium.
Cadangan sumber daya mineral ini terbatas, dan penambangan yang tidak terencana dapat mengakibatkan penipisan sumber daya.
“Meskipun kebanyakan orang tidak pernah berkesempatan untuk melihat baterai tersebut, membuangnya (baterai) ketika mobil mencapai masa pakai semakin menjadi masalah yang serius sehingga dibutuhkan daur ulang,” kata Kenichiro.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.